thetransicon.co.id – Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bergerak cepat menangani banjir di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, setelah tanggul Sungai Tuntang jebol pada Minggu (9/3/2025). Banjir ini merendam 21 desa di enam kecamatan dan memengaruhi 4.271 kepala keluarga (KK). Untuk mempercepat perbaikan tanggul dan mencegah banjir susulan, BNPB merencanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah hulu Sungai Tuntang.
Teknologi Modifikasi Cuaca Percepat Perbaikan Tanggul
BNPB menerapkan TMC untuk mengurangi curah hujan di area perbaikan tanggul. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan, Wahyu Tri Darmawanto, menjelaskan bahwa TMC memastikan pekerjaan rehabilitasi tanggul berjalan lancar tanpa gangguan hujan ekstrem. “Kami mengandalkan TMC untuk mengendalikan curah hujan di hulu, sehingga tim dapat memperbaiki tanggul tanpa hambatan,” ujar Wahyu pada Rabu (12/3/2025).
BNPB menargetkan TMC berlangsung selama 7 hingga 10 hari, sesuai jadwal perbaikan tanggul oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Langkah ini mencegah luapan air tambahan, terutama setelah banjir meluas ke desa-desa seperti Curug, Tunjungrejo, Tambakan, Tlogomulyo, dan Gaji akibat alur baru Sungai Tuntang yang belum tertutup.
Penyebab Banjir dan Dampaknya
Hujan dengan intensitas tinggi pada 7-8 Maret 2025, ditambah kiriman air dari hulu Sungai Lusi, Glugu, dan Tuntang, memicu banjir di Grobogan. Akibatnya, dua titik tanggul di Sungai Tuntang dan Sungai Kliteh jebol, menyebabkan banjir bandang yang merendam ribuan rumah. Hingga Rabu (12/3/2025), 635 warga masih bertahan di delapan titik pengungsian di empat desa, meskipun jumlah pengungsi telah menurun dari 1.220 orang.
Tim gabungan dari BBWS, BPBD, dan relawan berhasil menutup alur baru Sungai Tuntang pada Selasa (11/3/2025) malam. Langkah ini membuat genangan di sebagian besar wilayah mulai surut, dengan kedalaman air tersisa hanya 30-40 cm di beberapa titik, terutama di jalan raya dan rumah yang lebih rendah.
Strategi Jangka Panjang dengan Teknologi Modifikasi Cuaca
Selain menerapkan TMC, BNPB mendorong langkah pencegahan banjir di masa depan. Tim menguatkan struktur tanggul, mengeruk sedimentasi sungai, dan memperbaiki tata kelola hutan di daerah hulu. “Kami tidak hanya menangani darurat, tetapi juga fokus pada pencegahan jangka panjang,” kata Wahyu.
Upaya ini menargetkan wilayah rawan seperti Kecamatan Kedungjati, Toroh, Purwodadi, Tawangharjo, Gubug, dan Tegowanu. Dengan pengelolaan yang lebih baik, pemerintah berupaya menekan risiko jebolnya tanggul akibat curah hujan tinggi.
Tantangan Penanganan Banjir
Meskipun genangan mulai surut, tim masih menghadapi tantangan. Perbaikan tanggul membutuhkan waktu dan cuaca yang mendukung, sementara warga di pengungsian memerlukan bantuan logistik dan sanitasi. Oleh karena itu, BNPB, BPBD, BBWS, dan relawan terus berkoordinasi untuk mempercepat pemulihan. Wahyu optimistis bahwa dalam dua hingga tiga hari ke depan, banjir akan surut sepenuhnya, sehingga warga dapat kembali ke rumah dan membersihkan lingkungan.
Harapan ke Depan
Teknologi modifikasi cuaca menjadi solusi inovatif dalam penanganan banjir di Grobogan. Dengan dukungan teknologi dan kerja sama lintas instansi, pemerintah memastikan warga terdampak segera pulih. Selain itu, langkah pencegahan seperti pengelolaan hutan dan sedimentasi sungai akan mengurangi risiko bencana serupa di masa mendatang.
Warga Grobogan menanti hasil nyata dari upaya ini, berharap kehidupan mereka segera kembali normal. Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dan mendukung pemulihan wilayah terdampak.